oleh
Baiti Amalia 3101 1101 1922
Nur Pratiwi 3101 1101 1888
Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di
akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi
tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai
jenis pnyakit.
Allah, Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat
dibutuhkan oleh ciptaanNya, khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya
bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu
sendiri. Misalnya, puasa, perintah Allah di rukun Islam ketiga ini sangat
diakui manfaatnya oleh para medis dan ilmuwan dunia barat. Mereka pun serta
merta ikut berpuasa untuk kesehatan diri dan pasien mereka.
Begitu pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan
ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia.
Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat masing-masing. Misalnya:
Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga,
lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat
untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan.
Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancer ke seluruh
tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah
kaya oksigen menjadi lancer. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut
atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan
persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus
sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah.
Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk
menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae)
sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak,
maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di
lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain
itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat
dicegah.
I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah
mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur
setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang
baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ
pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara
bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.
Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut,
ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah
bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan
daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada
daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan
tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi
wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan
kesehatan organ kewanitaan.
Duduk di antara sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu
iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada
posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang
terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri
pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan.
Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih
(uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika
dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi
posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai
turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah
yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara
maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar
leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit
kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki
falsafah bahwa manusia meneundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih
rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi
(ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami
Prof. Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat
setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh
darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud,
posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal
ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja
sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu
peningkatan kecerdasan seseorang.
Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup
untuk berfungsi secara normal. Darah tidk akan memasuki urat saraf di dalam
otak melainkan ketika seseorang sujud dalam shalat. Urat saraf tersebut
memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini berarti, darah akan
memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat, sebagaimana yang telah
diwajibkan dalam Islam.
Riset di atas telah mendapat pengakuan dari Harvard
University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang
tak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam setelah diamdiam melakukan riset
pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu, gerakan-gerakan
dalam shalat sekilas mirip gerakan yoga ataupun peregangan (stretching).
Intinya, berguna untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah.
Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah di dalam shalat kita
lebih banyak menggerakkan anggota tubuh, termasuk jari-jari kaki dan tangan.
Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot
dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak
tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi
kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga
memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa
dinikmati kaum hawa adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus
abdominis externus) berkontraksi penuh saat pinggul serta pinggang terangkat
melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan
lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses persalinan. Karena
di dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang
mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka
secara alami, otot ini justru menjadi elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan
tubuh dapat mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya
kembali (fiksasi).
Setelah melakukan sujud, kita melakukan gerakan duduk.
Dalam shalat terdapat dua jenis duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru’
(tahiyat akhir). Hal terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah
perineum. Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang yaitu liang
persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat tawarru’,
tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan
di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha
kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah
perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah
perineum.
Pada dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan
meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi.
Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera
tergantikan. Regenerasi pun berlangsung dengan lancar. Alhasil, tubuh senantiasa
bugar.
Menuru penelitian Prof. Dr. Muhammad Soleh dalam
desertasinya yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan
Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Neuroimunologi”
dengan desertasi itu, Soleh berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu
kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Surabaya yang
dipertahankannya beberapa waktu lalu.
Shalat tahajud ternyata bukan hanya sekedar shalat
tambahan (sunah muakkad), tetapi jika dilakukan secara rutin dan ikhlas akan
bisa mengatasi penyakit kanker. Secara medis, shalat tahajud mampu menumbuhkan
respons ketahanan tubuh (imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A, dan
limfositnya yang berupa persepsi serta motivasi positif. Selain itu, juga dapat
mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi.
Selama ini, ulama melihat ikhlas hanya sebagai
persoalan mental psikis. Namun, sebetulnya permasalahan ini dapat dibuktikan
dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri
dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol dengan
parameter kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah kortisol pada pagi hari
normalnya antra 38-690 nmol/liter. Sedangkan pada malam hari atau setelah pukul
24.00, jumlah ini meningkat menjadi 69-345 nmol/liter.
“Kalau jumlah hormone kortisolnya normal, dapat
diindikasikan bahwa orang tersebut tidak ikhlas karena merasa tertekan.
Demikian juga sebaliknya,” ujarnya seraya menegaskan temuannya ini membantah
paradigma lama yang menganggap ajaran agama Islam semata-mata dogma atau
doktrin.
Menurut Dr. Soleh, orang stress biasanya rentan
sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan melakukan tahajud secara
rutin dan disertai perasaan ihklas serta tidak terpaksa, seseorang akan
memiliki respon imun yang baik serta besar kemungkinan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Berdasarkan perhitungan medis, shalat tahajud yang demikian
menyebabkan seseorang memiliki ketahanan tubuh yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar